Kamis, 19 Januari 2017

Pandangan Hidup Sang Penari Gandrung



(Tinjauan Manusia dan Pandangan Hidup)



Pandangan Hidup merupakan suatu dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan jasmani dan rohani. Pandangan Hidup ini sangat bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat, atau negara. Semua perbuatan, tingkah laku dan aturan serta undang-undang harus merupakan pancaran dari pandangan hidup yang telah dirumuskan.

Pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung seseorang. Dengan memegang teguh pandangan hidup yang diyakini, seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya. Ia tidak akan gegabah bila menghadapi masalah, hambatan, tantangan dan gangguan, serta kesulitan yang dihadapinya.

Seperti yang dapat kita pelajari dari kisah Mesti yang merupakan seorang penari gandrung. Tarian Gandrung adalah seni pertunjukan tarian yang berasal dari Banyuwangi Jawa Timur. Tarian ini muncul sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen. Gandrung masih satu genre dengan Ketuk Tilu dari Jawa Barat, Tayub dari Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger dari wilayah Banyumas dan Joged Bumbung dari Bali. Bentuk kesenian yang didominasi tarian dengan orkestrasi khas ini populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa. Saking populernya, telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut.

Dalam film diceritakan jika Mesti sulit untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan seutuhnya di dalam keluarga kecilnya. Berulang kali ia menikah namun keduanya kandas di tengah jalan. Berbanding terbalik dengan tarian Gandrung yang dibawakannya.

Meskipun demikian kita sama-sama belajar bahwa jika seseorang sudah memegang teguh apa yang diyakininya dan apa yang ia pandang benar, ia akan tetap setia memegang teguh hal tersebut. Meskipun hal tersebut terkadang membebani hati dan pikirannya ia tetap setia melakukan apa yang ia yakini.

Pandangan hidup sering disebut sebagai filsafat hidup. Filsafat berarti cinta akan kebenaran, sedangkan kebenaran dapat dicapai oleh siapa aja. Hal inilah yang mengakibatkan pandangan hidup itu perlu dimiliki oleh semua orang dan semua golongan tanpa terkecuali. 

Sumber Referensi :
Film yang diberikan oleh Bapak Widyo Nugroho
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/886/tarian-gandrung 
Gambar diunduh dari : 
http://bnetpwj.blogspot.co.id/2015/11/tari-gandrung-banyuwangi-lengkap.html 

Tiada Keadilan



(Tinjauan Manusia dan Keadilan)


            Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Menurut pernyataan yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang  antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya.

            Seperti dalam kisah Melati pada film Kekerasan dalam Pacaran. Seharusnya ia bisa mendapatkan kasih sayang dari kekasihnya yang bernama Jaka tetapi yang terjadi justru sebaliknya ia bahkan mendapat perlakuan yang tidak pantas. Pukulan, hinaan, caci maki, dan perlakuan lainnya yang tidak seharusnya dilakukan kepada orang yang dikasihinya.

            Semua yang Melati dapatkan adalah di luar ekspektasinya. Perlindungan dan kasih sayang yang ia dambakan ketika ia memiliki seorang kekasih semuanya sirna sudah. Hanya ketidakadilan yang ia dapatkan. Semua yang menjadi permintaan Jaka harus diturutinya. Karena kalau tidak dituruti Jaka akan langsung menghujamnya dengan kekerasan dan caci maki. Hal yang sangat tidak pantas dilakukan kepada kaum wanita. Hal yang bahkan tidak pernah terpikirkan oleh seorang wanita untuk mendapat perlakuan seperti itu dari orang yang bahkan hanya sebatas pacar.

            Karena dalam berpacaran yang baik dan benar, seharusnya mereka bisa saling bertumbuh dalam hal yang positif, saling membangun, saling menjaga perasaan, dan bisa bersikap adil yang terutama. Adil untuk bisa mendapatkan apa yang menjadi haknya masing-masing. Baik pria maupun wanita. Adil untuk bisa mendapatkan apa yang selayaknya dan sepantasnya didapatkan.

Sumber referensi :
Film oleh mahasiswa Universitas Atmajaya yang berjudul Kekerasan dalam Pacaran.
Gambar diunduh dari :
http://www.tugassekolah.com/2016/02/definisi-dan-pengertian-keadilan-serta-penerapannya-dalam-kehidupan.html

Kamis, 05 Januari 2017

Terombang-ambing

(Manusia dan Kegelisahan)


Rasa gelisah pasti pernah muncul dalam benak setiap manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gelisah adalah rasa tenteram, rasa selalu khawatir (tentang suasana hati). Setiap orang yang sedang gelisah pasti selalu merasa khawatir, panik, banyak pikiran dan tidak tenang dalam menjalani apapun yang ia lakukan. Kegelisahan seseorang dapat kita lihat dari gerak-geriknya atau tingkah lakunya dalam situasi tertentu.
Hal inilah yang dialami oleh Belang, pemuda berumur 20 tahun. Sampai saat ini ia belum juga mendapatkan pekerjaan. Belang hidup dan dibesarkan oleh neneknya. Suatu ketika Belang terbangun oleh suara video sang nenek yang sedang senam di depan rumahnya. Sang nenek yang terus memarahi Belang karena ia tak kunjung mendapat pekerjaan semakin membuat hatinya gelisah.
Setiap hari yang Belang lakukan adalah luntang-lantung di jalan. Meminjam uang kepada temannya untuk membeli makanan dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Suatu ketika saat bertemu dengan seorang wanita cantik , Belang tiba-tiba berkhayal dan ia malah disangka seorang jambret. Belang dikejar habis-habisan oleh warga yang mendengar teriakan wanita tersebut dan untungnya ia bisa menyelamatkan diri.
Begitulah kehidupan yang Belang alami saat ini. Ketidakpastian yang ia jalani karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Beban moral yang mau tidak mau harus ia tanggung. Dari kisah Belang kita dapat belajar bahwa  hidup ini sangat keras dan penuh dengan rintangan. Namun, jika kita ikhlas menjalaninya dengan usaha keras serta pantang menyerah kita pasti bisa keluar menjadi pemenang. Tidak bersungut-sungut, tidak banyak mengeluh, berpikir positif, tetap melakukan kebaikan dan yang terutama adalah selalu meminta pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena Dialah yang menentukan segalanya.

Kegelisahan tidak bisa kita hindari. Tapi respon kita dalam menyikapi kegelisahan tersebut itulah yang paling menentukan. Apakah kita mau bangkit dari segala keterpurukan dan mengalahkan rasa gelisah itu ? Atau kita hanya membiarkan rasa gelisah itu yang terus mengendalikan hidup kita?  

Referensi Sumber :
https://www.youtube.com/watch?v=6_RLINBPlCY
Gambar diunduh dari : http://gbigemagolgota.blogspot.co.id/2013/07/tidak-terombang-ambing-1.html

HIKMAH DIBALIK LUKA

(Manusia dan Penderitaan)



            Selama kita hidup selama itulah kita harus siap dibentuk dan siap untuk diproses. Akan selalu ada batu kerikil yang menanti di depan kita. Dan semuanya pasti bisa terlewati dengan baik jika kita juga mau menghadapi dan menyikapinya dengan baik dan benar. Serta tak lupa dan yang paling utama adalah melibatkan Tuhan dalam setiap permasalahan atau penderitaan yang sedang kita hadapi.
            Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penderitaan adalah keadaan yang menyedihkan yang harus ditanggung. Penderitaan tidak hanya berbicara tentang masalah fisik (jasmani) saja atau apa yang hanya terlihat oleh mata. Lebih dari itu penderitaan bisa juga berbicara tentang masalah batin (rohani) kita.
            Dalam film Kekerasan dalam Pacaran diceritakan bahwa ada seorang perempuan bernama Melati yang mempunyai pacar yang bernama Jaka. Awalnya Melati sangat senang karena ia bisa memiliki pacar. Ia berharap pacarnya dapat memberikan perhatian yang mungkin jarang ia dapatkan di dalam keluarganya. Sangat disayangkan ekspektasi tidak selalu sejalan dengan realitanya. Kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya. Ia bahkan seringkali mendapatkan perlakuan yang tidak pantas dari Jaka. Baik dari segi jasmani maupun rohani.
            Kemauan Jaka yang terkadang tidak bisa dipenuhi oleh Melati membuat Melati sering sekali mendapat pukulan, caci maki, dan hal-hal lain yang seharusnya tidak pantas dilakukan oleh seorang pria kepada wanita. Apalagi pria itu tidak lain adalah kekasihnya sendiri.
            Berkali-kali Jaka melakukan kekerasan dan berkali-kali jugalah Melati memaafkannya. Jaka beralasan bahwa ia seperti itu tidak lain karena didikan orang tuanya, tetapi lama kelamaan Melati tidak tahan lagi. Dengan segala upaya ia berusaha menghubungi temannya yang bernama Bimo dan menceritakan semuanya.
            Akhirnya Melati bisa lepas dari Jaka. Salah satu caranya untuk bisa lepas adalah dengan membangun benteng pertahanan diri dan mulai memikirkan kebaikan dirinya. Ia mulai kembali menghubungi sahabat lamanya, mengajak jalan, dan menginap bersama. Dengan begitu Melati tidak merasa kesepian lagi. Hal seperti inilah yang sudah lama tidak dirasakannya. Ya, semenjak dua tahun terakhir. Semenjak ia bersama Jaka.
            Melalui kisah ini kita bisa melihat bahwa terkadang penderitaan mengajarkan kita banyak hal. Melalui penderitaan kita bisa terus belajar untuk menjadi individu yang terus melakukan perubahan, ke arah yang lebih baik tentunya. Dari kisah Melati kita bisa belajar untuk berani mengatakan tidak pada pasangan jika itu mengarah kepada hal yang negatif. Kemudian, belajar untuk terbuka pada  sahabat atau orang-orang terdekat yang sudah pasti bisa memberikan pengaruh positif dalam hidup. Jika kita bisa menyikapi penderitaan yang sudah ataupun akan kita alami dengan benar, dengan suatu prinsip sudah pasti kita bisa menghadapinya dengan baik. 


Referensi Sumber
Film Mahasiswa Universitas Atmajaya yang berjudul Kekerasan dalam Pacaran
Gambar diunduh dari http://hikmahdibaliksenja.blogspot.co.id/2012/04/untukmu-yang-luka-hatinya.html

Seperti Pelangi Sehabis Hujan


(Manusia dan Harapan)




            Selalu ada harapan dalam hidup manusia. Manusia yang hidup tanpa pengharapan berarti ia sebenarnya mati dalam hidup. Seperti kisah Nayla dalam film Buku Harian Nayla, ia divonis terkena penyakit Ataksia. Penyakit yang mengenai sistem saraf, penyakit yang tidak bisa disembuhkan karena belum ada obatnya. 

            Nayla adalah seorang gadis yang ceria, rajin dan  berprestasi. Ia bisa masuk di salah satu SMA unggulan dan aktif dalam berbagai kegiatan. Penyakit yang ia derita membuat setiap anggota tubuhnya perlahan-lahan tidak dapat berfungsi dengan baik. Keseimbangan yang mulai berkurang, kaki yang perlahan-lahan sulit digerakkan, mulut yang mulai susah untuk berbicara begitu juga dengan tangan yang mulai susah untuk menulis. 

            Akan tetapi, keadaan yang ia alami saat ini tidak membuatnya putus asa, tidak membuat ia kehilangan semangat. Ia selalu ceria menjalani kehidupannya. Ia selalu memiliki harapan dalam hidupnya. Ia bersyukur karena Tuhan menempatkannya dalam keluarga yang penuh dengan keceriaan serta sangat mengasihinya.

            Keadaan yang ia alami tidak membuat dia putus harapan untuk tetap melanjutkan pendidikan walaupun pada akhirnya ia harus pindah ke sekolah yang khusus untuk mendidik orang-orang yang juga memiliki kebutuhan khusus sepertinya. Di sekolah tersebut ia juga bisa berprestasi. Ia berhasil memenangkan lomba cipta puisi. Sampai akhirnya ia bisa lulus menempuh pendidikannya di bangku SMA. 

            Kondisinya terus memburuk dan ia mulai putus asa. Ia bertanya-tanya,"Apakah aku bisa menikah?", "Apakah aku bisa merasakan bagaimana menjadi seorang ibu ?" Semua orang yang mendengarkannya mulai menitikkan air mata, tetapi tidak ada yang mustahil. Pada akhirnya Nayla bisa menikah dengan Moses, pria yang sangat ia kasihi dan juga mengasihinya walaupun tepat pada hari pernikahannya jugalah Tuhan memanggilnya. 

            Lewat kisah Nayla kita sama-sama belajar bahwa harapan selalu ada. Harapan ada bagi orang yang dengan penuh iman percaya pada Tuhannya. Harapan juga butuh suatu kepercayaan. Kepercayaan bahwa Tuhan sendiri yang akan memampukan kita untuk melakukan segala sesuatunya sesuai dengan kehendakNya. Harapan juga butuh usaha. Usaha yang dilakukan dengan pantang menyerah. Ada janji Tuhan bagi setiap manusia yang mau terus berharap padaNya. Seperti pelangi sehabis hujan. J

Referensi sumber : 

Film Buku Harian Nayla